Hallo, hallo, hallo semuanya!
Ketemu lagi nih, kali ini bukan lagi bahas Etika/Mind Mapping.
Dalam pertemuan ini, akan ada cerita pendek tentang Ketidaksamaan Sosial dalam sebuah pertemanan. Penasaran? Baca sampai habis ya.
Kalau ada kesalahan EYD dalam cerpen yang saya tulis, mohon di maafkan.
Selamat membaca!
Bel pulang sekolah berdering dengan kencang, membuat seluruh siswa-siswi
dalam kelas XI IPS III menghela nafas lega karna pelajaran akuntansi yang
sangat memusingkan kepala itu akihirnya selesai.
“Tugasnya dijadikan PR aja ya, kita bahas next pertemuan. Assalamualaikum”
Ujar Bu Dewi.
“Iya Bu, terima kasih”
Bu Dewi keluar dari kelas, dan semuanya pun sibuk memasukan barang-barang
yang berserakan diatas meja ke dalam tas. Zeline yang sudah selesai dengan hal
itu pun lantas menggendong tasnya dipundak dan berjalan keluar menuju ke kelas XI
IPS V. Sesampainya Zeline di depan kelas tersebut, Zeline berseru memanggil
nama seseorang “Ratu.. Yuhu! Zeline in here.”
Ratu menoleh kearah pintu kelas, ia tersenyum melihat Zeline disana “Sebentar,
Zel.”
Dulu, waktu kelas X mereka tinggal dalam satu kelas yang sama. Tapi karna
setiap kenaikan kelas diadakan pengacakan kelas, jadilah mereka terpencar. Walaupun
begitu, mereka tetap berteman dengan baik, bahkan sangat baik.
“Ayo, Zel” Ujar Ratu.
Zeline yang tengah melamun seraya bersender di pintu kelas tersentak kaget “Yaampun,
kaget gue. Lagi enak ngelamun tiba-tiba lo udah disini aja”
Ratu tertawa kecil “Sorry, ayo pulang”
“Langsung pulang? Main dulu yuk, bosen tau gue di rumah”
Ratu menghela nafas pelan, mengingat uang sakunya hari ini tidak tersisa. “Mau
main kemana, Zel? Uang gue hari ini nggak ada sisa”
“Ada satu tempat yang belum pernah gue kunjungin selama temanan sama lo,
dan gua mau banget main kesana. Gue juga ikhlas banget kalo disana nggak
makan/minum apapun” Ujar Zeline antusias.
Ratu mengeryit bingung, tempat apa yang dimaksud Zeline?
“Hah? Tempat apa? Special banget kayaknya.”
“Lebih dari spesial!”
“Tempat apasih? Gue jadi penasaran, boleh ajak gua kesana?”
“Ihh.. Yang seharusnya ngajak itu lo. Karna lo yang paham banget tempat
itu.”
Ratu semakin dibuat bingung “Maksudnya apasih Zel? Gue sama sekali nggak
tau tempat yang lo maksud.”
Zeline memegang kedua bahu Ratu, berujar seraya mengguncangkan pelan bahu
itu “Rumah lo, Ratu. Gue mau banget main ke rumah lo. Selama kita temenan, gue
belum pernah main kesana.”
“Zel, kan gue udah pernah bilang, rumah gue kecil. Gue takut lo nggak
nyaman disana. Lagi pula dirumah gue nggak banyak cemilan kayak dirumah lo, lo
pasti bosen”
“Gue nggak peduli, Ratu. Mau rumah lo kayak gimana juga, gue tetep mau main
kesana! Ayolah..”
Ratu diam “Ratu.. Please!”
“Oke-oke. Gue ajak lo ke rumah”
Zeline bersorak senang seperti orang gila, sampai teman-teman kelas Ratu
yang belum meninggalkan kelas menatapnya heran. Zeline pun menarik pergelangan
tangan kanan Ratu untuk berlari kecil “Zeline.. Santai aja jalannya, rumah gue
nggak bakal pindah tempat”
“Rumah lo emang nggak bakal pindah tempat, tapi Om Jojo udah nungguin daritadi”
“Hah? Serius? Tumben banget, biasanya dia kalo jemput ngaret”
“Nggak tau gue juga, kesambet apa itu orang. Dia ngabarin udah di depan 15
menit sebelum bel pulang bunyi. Gila kan?”
Ratu tertawa kecil “Lumayan gila sih”
Akhirnya mereka berdua sampai di depan mobil Zeline “Lah, ini Om Jojo
kemana?” Tanya Zeline pada dirinya sendiri. Pasalnya mobil dalam keadaan mati,
dan tidak ada supirnya disana.
“Nongkrong di warung kali, Zel” Ujar Ratu.
Zeline membuka ponselnya dan menelpon supirnya “Halo, Om Jojo dimana?”
“Di warung, Neng. Neng udah keluar kelas?”
“Udah di depan mobil nih, cepetan balik sini Om”
“Iya Neng, otw nih. Om matiin ya telponnya”
“Iya”
Sambungan telpon terputus. Zeline memasukan ponselnya ke dalam saku.
“Maaf Neng, tadi Om Jojo mampir makan dulu, laper soalnya”
Zeline mengangguk “Nggak papa, Om”
Mereka pun masuk ke dalam mobil “Oh iya, Om. Nanti kalo ada minimarket
berhenti ya”
Ratu menoleh “Lo mau ngapain?”
“Beli jajan, tadi lo bilang rumah lo nggak banyak cemilan kayak di rumah
gue. Jadi ya kita beli dulu biar banyak”
Ratu menepuk keningnya pelan “Astagfirullah Zeline, nggak perlu kayak gitu.”
“Perlu! Udah deh, ikutin gue aja”
Ratu terdiam. Dalam hati mengucap syukur kepada Tuhan karna telah
menghadirkan Zeline dalam hidupnya. Zeline yang cantik, ceria, royal dan loyal
terhadap keluarga, teman dan kekasihnya.
Sesampainya di minimarket, Zeline dan Ratu turun dari mobil. Mengambil
keranjang kecil yang tersedia disana “Lo boleh ambil apapun yang lo mau, dan lo
suka. Jangan lupa buat orang tua lo, sama adik lo”
“Zel—“
“Kita belanjanya misah ya. Inget, lo harus ambil apapun yang lo mau dan lo
butuhin. Nggak perlu sungkan! Oke?” Ratu mengangguk pelan “Oke, kalo gitu gue
kesana dulu. Kalo udah dikasir, telpon gue, selamat belanja!”
Ratu berjalan menyusuri lorong perbelanjaan, tangannya mulai meraih
barang-barang yang dirinya dan orang tuanya butuhkan, tak lupa makanan ringan
yang disukai adiknya. Setelah selesai, Ratu menghubungi Zeline “Halo, Zel. Gue
udah selesai, lo udah selesai belum?”
“Gue udah selesai juga, otw kasir”
“Oke” Sambungan telpon terputua.
Mereka pun bertemu di kasir. Ratu mengeryit bingung saat Zeline datang ke
kasir dengan tangan kosong “Belanjaan lo mana?”
“Nggak ada”
“Zel.. Serius! Gue nggak enak kalo gini caranya.”
“Nggak papa, Ratu. Gue ikhlas kok, udah cepet taro keranjangnya, biar di
hitung totalnya”
“Totalnya Rp. 452.500,-“
Zeline menyodorkan kartu debitnya untuk membayar belanjaan tersebut “Terima
kasih”
Zeline bantu meraih kantong belanja yang sudah terisi “Zeline, gue
bener-bener terima kasih sama lo. Lo baik banget, Zel! Gue nggak tau harus
bales kebaikan lo ke gue gimana”
“Iya sama-sama. Udah lo santai aja”
Setelah memasukan barang belanjaan ke dalam bagasi mobil, mereka masuk ke
dalam mobil dan melanjutkan perjalanan menuju rumah Ratu.
“Zel, gue mau ngomong serius” Zeline menoleh, menatap Ratu “Apa?”
“Gue takut. Nanti setelah lo tau rumah gue, lo ngerasa jijik. Zel, rumah
gue itu dipemukiman kecil, perkampungan. Tetangga gue juga orangnya pada
berisik, hobby ngegosip. Gue bener-bener takut lo nggak nyaman.” Ratu menunduk “Rumah
gue juga nggak seluas ruang tamu lo yang bisa buat belajar sepeda, kamar mandi
gue suka ada kecoanya—“
“Hei, denger! Gue nggak peduli rumah lo di pemukiman keci, nggak peduli juga
ruang tamu lo yang kecil, dan nggak peduli kamar mandi lo yang suka ada
kecoanya. Gue ke rumah lo karna gue mau ketemu orang tua lo, adik lo. Secara langsung!
Gue mau kenal lo, dan keluarga lo lebih deket. Cuma itu. Dan kalo emang dari
awal gue nggak suka temenan sama orang yang dibawah gue, dari dulu lo udah gue
cut off”
“Berhenti kayak gini, Raa. Gue temenan sama lo tulus.”
Ratu mengusap matanya yang telah meneteskan air mata “Gue takut, Zel..”
Zeline mendekap tubuh Ratu “Nggak ada yang perlu lo takutin, Raa. Kita
bakal baik-baik aja”
Tamat.
"Jika kamu tidak terlahir dari keluarga kaya, maka pastikan keluarga kaya terlahir dari mu"
Terima kasih.
See you!